Pengamat ekonomi politik Universitas Indonesia Faisal Basri pernah menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai satu-satunya presiden yang saldonya nol.

Penilaian itu dia sampaikan lantaran SBY pada periode pemerintahannya menaikkan tiga kali harga bahan bakar minyak bersubsidi tetapi kemudian menurunkannya kembali juga sebanyak tiga kali.

Namun, pada Rabu (31/12/2014), Presiden Joko Widodo juga menurunkan harga BBM bersubsidi, setelah menaikkannya pada Senin (17/11/2014). “Motifnya beda,” ujar Faisal singkat, Rabu malam, ketika ditanya “saldo” Jokowi soal kebijakan harga BBM bersubsidi ini.

Menurut Faisal, Jokowi memang harus menurunkan harga BBM bersubsidi lantaran harga minyak dunia turun. Adapun SBY, kata dia, menurunkan harga BBM bersubsidi sampai tiga kali itu pada saat menjelang pemilu. “Supaya terpilih kembali,” sebut dia.

Ketua Tim Reformasi Tata Niaga Migas ini pun berpendapat harga premium diturunkan karena juga memang sudah tidak membutuhkan subsidi. Bahkan, kata dia, dengan harga jual sebelum diturunkan ini pun sebenarnya justru pemerintah mendapat untung.

“Di masa SBY, subsidi masih ada. Dan akibat (harga premium) diturunkan, (anggaran) subsidinya melonjak,” tegas Faisal soal beda motif dan situasi tersebut.  |  ferd

  • Berita/Post
Indef Administrator
, Indef
The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) is an independent and autonomous research and policy studies institution established on August 1995 in Jakarta
follow me

Leave a Reply

Close