JAKARTA (HN) – Bank Indonesia (BI) masih memertahankan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 7,5 persen selama enam bulan terakhir. Ini membuktikan perekonomian domestik sudah mulai membaik.

Ekonom Standard Chartered Bank Erick Sugandi mengatakan, indikator perekonomian Indonesia sudah mulai menunjukkan pemulihan baik dari sisi nilai tukar, inflasi, hingga neraca perdagangan. BI menganggap belum perlu untuk menaikkan level BI rate ataupun menurunkannya.

“Saya optimistis dan melihat ada tanda-tanda perbaikan pertumbuhan ekonomi setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM),” kata Erick padaHARIAN NASIONAL di Jakarta, Rabu (9/4).

Erick mengatakan, kondisi perekonomian yang stabil juga ditopang oleh keamanan politik, terutama menjelang, saat dan setelah pemilihan umum (pemilu). Dalam hasil penghitungan cepat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) memenangi hampir 20 persen suara nasional.

Apalagi sebelumnya, nama Joko Widodo juga telah dicalonkan sebagai presiden periode 2014-2019. “Pasar sudah memerkirakan ke sana, kalau dilihat dari survei-survei yang ada, pelaku pasar menempatkan Jokowi sebagai calon presiden (capres) mendatang,” kata dia.

Setelah pesta demokrasi usai, Erick menilai perekonomian Indonesia masih akan tetap stabil. Hal tersebut disebabkan langkah-langkah yang diambil BI dan pemerintah selama ini sudah menunjukan perbaikan. Namun, Erick menilai pemerintah dan pelaku pasar harus tetap waspada pada faktor eksternal, seperti kejutan pada pasar regional dan internasional.  ”Optimistis namun tetap waspada, tapi kewaspadaan ini hanya bersifat psikologis yang hanya berlangsung sebentar,” kata dia.

Perlu Seimbang

Direktur Indef Enny Sri Hartati mengatakan, kebijakan BI menaikkan BI rate memiliki banyak dampak terhadap pertumbuhan industri perbankan, termasuk pertumbuhan ekonomi nasional. BI serba salah di tengah kondisi perekonomian nasional dan global yang tidak menentu.

Dengan memertahankan level BI rate, BI dinilai sudah tepat melaksanakan tugasnya menjaga stabilitas moneter. Apalagi kondisi indikator perekonomian relatif stabil. “Namun seharusnya ada kebijakan fiskal juga yang harus dikoordinasikan dengan kementerian terkait. Kebijakan ini yang perlu segera diterapkan,” katanya.

Salah satu pekerjaan yang harus diselesaikan adalah meredam tingkat inflasi tahun ini. Jika inflasi dapat terkendali, BI rate bisa diturunkan dalam rangka mendukung pertumbuhan industri perbankan, termasuk pertumbuhan ekonomi nasional.

Rapat Dewan Gubernur BI masih memertahankan BI rate di level 7,5 persen dengan suku bunga fasilitas pinjaman (lending facility) di level 7,5 persen dan suku bunga deposit facility 5,75 persen, tetap sama dengan bulan sebelumnya.

BI menilai, tingkat suku bunga acuan tersebut masih sesuai dengan fundamental Indonesia yaitu target inflasi 4,5 plus minus 1 persen pada 2014 dan menjadi 4 plus minus 1 persen pada 2015.

“BI akan senantiasa memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta meningkatkan koordinasi dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan. Termasuk kebijakan untuk memperkuat struktur ekonomi dan pengelolaan utang luar negeri khususnya swasta,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta, Selasa (8/4). 

Sumber: harian Nasional

  • Berita/Post
Indef Administrator
, Indef
The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) is an independent and autonomous research and policy studies institution established on August 1995 in Jakarta
follow me

Leave a Reply

Close