Jakarta–Untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi pemerintah mutlak harus menekan defisit neraca perdagangan. Langkah fundamental mengurangi defisit neraca perdagangan adalah mengendalikan impor energi, secara khusus impor bahan bakar minyak (BBM).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati menyatakan, proporsi subsidi energi masih membengkak dengan di dominasi subsidi BBM. Hal ini terjadi dikarenakan Indonesia mengalami ketergantungan konsumsi BBM sementara Indonesia merupakan negara Net Importir BBM.

“Perlu ada perubahan teradap strategi ini. Harus ada strategi ketahanan energi. Jangan sampai terus menerus bergantung”, kata Enny, di Jakarta, belum lama ini.

Untuk menekan defisit neraca perdagangan akibat besarnya subsidi BBM, pemerintah juga perlu meningkatkan nilai ekspor melalui percepatan hilirisasi industri agar menggeser komoditas ekspor barang mentah menjadi komoditi industri yang memiliki nilai tambah, serta memperluas ekspor ke negara-negara non tradisional.

Selain itu, perlu ada optimalisasi perdagangan internasional untuk komoditi yang berdaya saing tinggi, sekaligus memberikan perlindungan dan dukungan pengembangan kapasitas kelembagaan ekspor bagi komoditi yang belum berdaya saing.

“Nah, sektor yang padat karya apabila belum mempunyai kemampuan untuk berkompetisi hendaknya jangan dibuka di FTA dahulu”, pungkas Enny. (*)

Sumber: infonews.com

  • Berita/Post
Indef Administrator
, Indef
The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) is an independent and autonomous research and policy studies institution established on August 1995 in Jakarta
follow me

Leave a Reply

Close